Obrolan

....pamer, cerita dan berbagi.....

Rabu, Desember 17, 2008

Mimpi

Saya ingin memelihara anjing. Saya bukanlah penyanyang binatang seperti itu. Tapi saya yakin anjing adalah satu-satunya binatang sahabat manusia. Karena mereka bisa dipanggil, dilatih dan tahu benar siapa tuannya. Kalau tentang jenisnya saya akan memilih siberian husky, dan bila memungkinkan ya yang putih.

Kalau orang berpikir mimpi saya kok dangkal, saya bisa menerima karena mungkin orang itu memang kurang luas pikirannya. Lha untuk saya memelihara anjing adalah hal besar, butuh perjuangan untuk mencapainya. Mimpi tiap orang kan beda-beda. Kalau memang itu mudah buat Anda dan sulit untuk saya, atau mungkin sebaliknya terus kenapa?

Coba bayangkan untuk memelihara anjing yang ukurannya medium seperti siberian husky, saya membutuhkan ruang untuk dia hidup. Bukan cuma kamar kos untuk saya tinggal sekarang ini. Efisien untuk saya tapi tidak bila bertambah satu personel lagi di kamar sempit ini. Dan rasanya sebuah apartemen untuk memelihara anjing juga tidak mungkin. Jadi harus punya rumah, minimal dengan halaman belakang yang cukup luas. Mana mungkin siberian husky dikurung di dalam rumah terus. Halamannya harus berumput supaya kalau Si Punch (bakal nama husky saya) masuk rumah lagi lantainya tidak terlalu kotor. Yang paling penting pintu belakang harus diberi bukaan lagi di bawahnya ya pintu untuk Punch. Jadi dia bisa keluar masuk tanpa merepotkan tuannya.

Nah itu baru satu dari banyak hal yang saya harus siap kalau mau memelihara anjing sendiri. Makanan dan biaya perawatan reguler juga bukan urusan yang gampang. Kalau rejeki belum lancar anjing kesayangan bisa jadi kurus dekil dan bau. Belum cek ke dokter hewan lalu buat kandang dari kayu yang dicat putih dindingnya dengan atap warna merah plus papan nama "Punch" di atasnya. Trus saya juga mesti punya banyak waktu santai jadi bisa jogging di kompleks sambil bawa anjing jalan-jalan pagi hari sebelon sarapan.

Kalau begitu masih berapa tahun lagi saya baru bisa memelihara anjing?

Rabu, Juli 02, 2008

Ketiga?

"Cinta juga tak bisa lepas dari gangguan pihak ketiga. Sejujurnya, sayalah pihak ketiga itu. Saya yang agresif, yang mampu meluluhlantakkan keamanan sebuah negeri cinta orang lain. Ilustrasinya bisa seperti ini. Kalau seseorang sudah memiliki kartu kredit yang dikeluarkan Bank A, misalnya, apakah Anda berpikir Bank B atau Bank C diam saja dan tak mengganggu? Mereka akan berusaha terus merayu, bahkan setelah dijelaskan seseorang tak berniat punya kartu kredit baru.

Sama seperti Bank B, saya adalah pengganggu ketenteraman cinta orang lain. Itu mengapa kami berselingkuh, karena pacar saya sebagai pemegang kartu kredit Bank A tak tahan melihat godaan yang saya tawarkan. Maka, tak heran ada orang yang sampai punya kartu kredit sepuluh buah atau lebih. Sebagai pihak pengganggu, saya tak hanya berniat ia memiliki kartu kredit baru dari Bank B, tetapi mengakuisisinya. Tutup kartu kredit di Bank A selamanya."

Kutipan di atas saya ambil dari tulisan Samuel Mulia di Kompas, 29 Juni 2008. Entah kenapa saya suka sekali bagian ini, apakah karena merasa diingatkan atau ada sesuatu yang mewakili diri sendiri. Saya bukanlah bank B seperti digambarkan di tulisan di atas, bukan sehebat itu kalau menurut saya sendiri. Tapi lebih tepat sempat memiliki ambisi seperti bank B, berniat merayu seseorang yang sudah memiliki kartu kredit di bank A, tapi dengan kondisi yang tidak cukup hebat untuk melancarkan rayuan. Konyol memang karena akhirnya hanya berhenti di tempat dan bermimpi.

Saya juga pernah mendengar sebuah teori, yang saya sendiri sudah lupa dari mana asalnya bahwa sesuatu akan lebih menarik ketika sudah dimiliki orang lain atau orang lain juga berniat memilikinya. Lalu bila dikaitkan dengan ilustrasi berupa analogi di atas, rasanya memang cocok. Kalau seseorang menjadi tertarik untuk memiliki hanya karena hal itu sudah dimiliki orang lain, dan akan semakin berambisi ketika terjadi persaingan dalam rebut merebut ini. Apakah itu perilaku dari orang modern yang normal atau memang yang dalam hidupnya terobsesi oleh kepuasan merebut milik orang lain?

Saya menjadi semakin bingung, saya belum cukup hebat untuk menjadi bank B dan juga bukan orang yang terpuaskan dengan merebut apa yang masih dimiliki dan dipelihara orang lain. Bila memang cinta itu tidak membutakan, seharusnya saya bisa melihat dan berpikir dengan jernih sehingga tidak berkahir melakukan hal yang bodoh dan konyol.




Senin, Maret 10, 2008

3 jenis pekerjaan

Pernah baca di sebuah majalah tentang 3 klasifikasi pekerjaan, tentunya yang terkait dengan dunia design konteksnya. Sedikit lupa-lupa inget, tapi kurang lebih seperti yang gue jelasin berikut.
Yang pertama adalah kerjaan yang paling buruk. Yaitu pekerjaan yang kurang berkualitas dan honornya buruk. Contoh paling jelasnya adalah pekerjaan low budget dengan klien yang rewel. Maunya ini itu minta diturutin tapi susah banged suruh nambah budget. Susah ditolak untuk para desainer yang masih membangun namanya. Tapi apa daya perusahaan masih harus berjalan, mau tak mau pekerjaan macam begini harus dihadapi.
Yang kedua adalah pekerjaan yang sedikit lebih baik. Ini adalah pekerjaan yang berkualitas namun honornya bisa dibilang sedikit. Lebih baik dari yang pertama karena di sini proses kreasi lebih berbobot. Objeknya bagus, dan proses desainnya berlangsung lancar tanpa banyak cekcok dengan klien. Desain yang dihasilkan bisa berkualitas meskipun harga sedikit ditekan. Paling tidak bisa terus berkembang dan berkreasi.
Dan terakhir adalah pekerjaan yang kurang berkualitas namun honornya baik. Pekerjaannya ringan, dengan kualitas tidak terlalu bagus namun mendapat bayaran yang tinggi. Ini mungkin yang terbaik dari sisi bisnis. Dan klien seperti ini yang seharusnya terus dipertahankan.
Menurut majalah yang telah dibaca, seharusnya para desainer berani menolak tipe pekerjaan yang pertama. Jadi untuk sekedar menyambung hidup biro yang kita jalankan, tidak seharusnya "melacurkan" diri demi mendapat rupiah. Dan konon menurut pengalaman penulis aslinya dari majalah itu, seringkali setelah menolak order dari klien jenis pekerjaan pertama itu lalu datang pekerjaan tipe kedua atau ketiga yang jelas lebih layak untuk dikerjakan. Belum pernah merasakan dan belum berani untuk mencoba.
Lalu sekarang apa yang terjadi. Saya seperti terperangkap oleh keadaan, karena proyek sudah berjalan. Dan pekerjaan yang tadinya saya pikir pekerjaan tipe kedua, kini diambang menjadi pekerjaan pertama. Pekerjaan yang saya pikir bisa berkualitas namun ternyata pada perjalanannya mengalami banyak campur tangan pihak owner. Lalu yang paling saya takutkan untuk terjadi yaitu RUGI pun mungkin bisa terjadi. Oh GOD, may this shit won't happen.

Sabtu, Desember 22, 2007

Sekedar Pengantar

Tulisan pertama untuk dipublikasikan di blog, sempat tertunda berbulan lamanya akhirnya sempet nulis di sini. Dulu tertarik untuk membuat blog lewat ajakan teman, tapi seperti yang sudah dibilang di atas kalau begitu account di sini dibuat belum pernah ada satu posting pun. Dan baru keinget waktu baca Kompas entah edisi kapan, yang bilang kalau di Indonesia ini perkembangan dunia blognya baik sekali, dan bahwa komunitas blogger itu cukup banyak di sini. Jadi kalau sempat ada pemikiran blog paling juga cuman begitu-begitu aja ternyata salah. Terpacu dan akhirnya saya juga mencoba seperti tertulis sekarang ini, sepertinya akan menyenangkan.

Hari ini karena ada kejadian pada pagi hari tadi, ada sedikit hal yang ingin saya obrolkan di sini. Pagi tadi ada teman yang datang, dan mendadak dia minta diajarkan materi untuk ujian pada siang tadi. Materi yang harus diajarkan cukup banyak dan waktu yang ada sangat sedikit sementara saya juga harus ada di tempat kerja segera. Akhirnya saya putuskan untuk menunda jadwal berangkat kerja saya dan mengajar teman terlebih dahulu. Dengan pertimbangan bahwa kondisi seperti ini dia sangat tergantung pada saya. Lagi pula dia sudah di depan kamar, membawa tas dan muka pasrah. Ya dengan waktu kurang lebih 45 menit saya cuma sempat membahas satu soal, itupun tidak 100 persen karena saya juga dikejar waktu untuk bekerja. Terpaksa pelajaran harus diakhiri dan dia harus mencari orang lain lagi untuk mengajarinya, atau mengumpulkan niatnya untuk belajar sendiri.

Kejadian seperti ini sering, orang-orang yang muncul waktu genting, waktu posisi mereka membutuhkan saya. Beberapa memang teman dekat yang sering bertemu dan pergi bersama tapi ada juga teman-teman khusus saat genting seperti disebut di atas. Orang-orang yang tiba-tiba muncul dan kemudian menghilang segera setelah bilang "terima kasih" atau "thank you" ya saat kebutuhannya sudah terpuaskan. Saat tidak ada kepentingan lagi terhadap keberadaan saya.

Merasa dimanfaatkan atau tidak, saya berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya karena mungkin suatu saat situasi tersebut bisa berbalik kepada saya. Saya juga akan mencari bantuan dari orang-orang yang mungkin tidak terlalu dekat dengan saya, tapi saya akan berusaha agar situasinya saling menguntungkan. Selain mendapatkan pertolongan mungkin saya bisa memberikan sesuatu yang dapat menyenangkan pihak penolong saya tersebut lebih dari sekedar ucapan terima kasih. Mungkin tidak pada saat yang sama tapi yang pasti saya tidak akan melupakannya.

Demikian yang pertama dari sekian posting pada waktu selanjutnya........